Cerita Warga Soal Pilkades Ditunda 2 Bulan: Untungnya Nambah, Ruginya Banyak
Talkshow terkait penundaan Pilkades serentak di Kabupaten Pandeglang, Rabu (18/08/2021). |
KRAKATAURADIO.COM, LABUAN - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak dan Pemilihan Antar Waktu (PAW) resmi ditunda selama 2 bulan untuk menekan laju penyebaran Covid-19. Respon dari kebijakan ini beragam karena penundaan ini dianggap menguntungkan masyarakat. Sementara di sisi lain penundaan ini dianggap memberatkan Calon Kepala Desa (Kades).
Adapun penundaan ini setelah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menerbitkan surat dengan nomor 141/4251/sj. Dalam surat tersebut disebutkan alasan penundaan karena menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia terkait dengan angka penyebaran Covid-19 yang meningkat secara nasional akibat adanya varian Delta.
Rencananya Pilkades di Pandeglang akan digelar secara serentak di 206 Desa pada 15 Agustus. Akan tetapi, dengan terbitnya surat Mendagri, Pilkades ditunda 2 bulan dan ditetapkan menjadi 17 Oktober.
Salah satu warga Labuan, Juman mengaku prihatin dengan penundaan Pilkades serentak ini. Ia membandingkan pelaksanaan Pilkades saat ini dengan periode sebelumnya yang tidak mengalami pengunduran.
Namun sebagai masyarakat biasa, tambah dia, dirinya mengaku hanya mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah, meskipun diakuinya masyarakat sudah tidak sabar untuk menggelar Pilkades.
“Nah untuk di masyarakat tentunya kita mengikuti aja, namun ada satu kekecewaan terutama untuk para calon dan saya pun sebagai warga ikut prihatin karena selalu menunggu dan menunggu sampai kapan ini keputusannya terlaksana untuk pemilihan kepala desa,” kata Juman saat talkshow di Krakatau Radio, Rabu (18/08).
Juman menambahkan, dampak ditundanya Pilkades ini berefek domino. Satu sisi, masyarakat dinilai mempunyai waktu lebih untuk mengenal Calon Kades, namun sisi lainnya Calon Kades harus merogoh kocek lebih dalam karena silaturahmi pasti membutuhkan biaya.
“Untungnya bagi masyarakat terus terang aja karena saya juga sudah merasakan, jadi yang pertama, itu yang suka ikut silaturahmi. Selain daripada kita ngobrol, kita ngopi bareng. Apalagi sekarang waktunya ditambah jadi ngopi barengnya pun ikut nambah,” ucapnya.
“Untuk kerugiannya baik itu bagi calon maupun bagi masyarakat yang ikut jadi tim suksesnya. Sudah jelas dimana kerugian itu sudah banyak mengeluarkan waktu, ide, biaya apalagi. Biaya yang sudah ditargetkan sekian dan ternyata waktunya diperpanjang akhirnya bertambah,” lanjut dia.
Baca: Bupati Irna: Jadikan Momentum HUT RI Terus Berkarya di Tengah Pandemi
Baca: BPJS Ketenagakerjaan Beri Santunan kepada Ahli Waris Tokoh MA Akhsan Sukroni
Rasa kecewa juga diutarakan warga Kecamatan Carita, Asep. Menurut dia, penundaan ini berimbas pada banyak hal. Selain menyurutkan semangat, tenaga dan anggaran juga membengkak.
“Kalau pengamatan anak muda sih semangat cuma rasa kesal, jengkel itu ada karena memang ditunda lagi ditunda lagi yang tadinya semangat gitu kan jadi lemes, ouh 2 bulan lagi. Tenaga, pikiran pun terkuras habis,” ujarnya.
Terkait gejolak dan suasana di Desa yang menggelar Pilkades, tambah Asep, dirasa mengalami naik turun. Hal ini terlihat dari waktu pemilihan yang ditunda, namun timses masing-masing Calon terus aktif mempromosikan jagoannya.
“Gejolak sih masih adem, cuma
kan tadi itu antara mungkin sekarang kan kubu-kubuan ya, antara si A, si B, si
C. Gejolak timses aja sih, yang ini ingin bagus, ini ingin bagus, semuanya
ingin bagus,” pungkasnya. (Mudofar)
Tidak ada komentar