Masjid Tertua nan Bersejarah di Banten
1. Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten yang berdiri sejak tahun 1569 merupakan salah satu peninggalan sejarah Kesultanan Banten, yakni Sultan Maulana Hasanudin yang merupakan putra pertama dari Sunan Gunung Jati.
Arsitektur bangunan Masjid Agung Banten terdiri dari perpaduan beberapa sentuhan budaya, antara lain yaitu Tiongkok, Jawa, Hindu, serta Eropa.
Lalu yang menjadi salah satu ciri khas Masjid Agung Banten sendiri yaitu sebuah menara setinggi 24 meter. Menara ini dapat diakses hingga ke puncak dengan melewati 83 anak tangga serta melewati lorong sempit.
2.Masjid Cikoneng
Masjid Cikoneng terletak di Jalan Raya Anyer, Kampung Cikoneng, Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Masjid ini memiliki arsitektur perpaduan antara Islam, Eropa dan Lampung. Beberaa di antaranya corak Islam kuat terlihat berupa kaligrafi, Eropa tampak dari bentuk tiang, sedangkan budaya lampung terlihat dari hiasan sleger.
Bentuk atap Masjid Cikoneng bersusun mengerucut dengan jumlah empat atap. Hiasan di bagian puncak sangat unik yang disebut mamolo atau mustaka. Mastaka ini terdapat hiasan berbentuk beberapa naga. Masjid Cikoneng tidak memiliki serambi. Di bagian dalam, terdapat dua mihrab yaitu mihrab untuk imam dan mihrab untuk khatib.
Masjid Cikoneng memiliki nama lain yaitu Masjid Darul Fallah. Masjid ini dibangun oleh masyarakat Lampung yang ada di Anyer. Masyarakat sekitar masjid meyakini bahwa pendirian masjid berhubungan dengan utusan dari Kerajaan Tulang Bawang, Lampung yang menyebarkan Islam di Banten.
3.Masjid Agung Carita
Mesjid Carita terletak di Kampung Pagedongan, Desa Sukajadi, Kecamatan Carita. Mesjid Carita terletak kurang lebih 51 kilometer ke arah barat dari Kota Pandeglang. Juga dapat ditempuh dari pesisir utara melewati Pantai Anyer, Serang. Jika dari Ibu Kota Serang berjarak kurang lebih 76 kilometer.
Kedahsyatan letusan Gunung Krakatau memang meluluhlantakan daerah pesisir. Masjid Carita dibangun pasca meletusnya Gunung Krakatau.
Berdasarkan penuturan masyarakat setempat secara turun temurun, Masjid Carita berdiri pada tanggal 27 Haji 1309 H atau 1889 M, atau enam tahun setelah Gunung Krakatau meletus pada 1883. Pembangunan masjid ini selesai pada tanggal 30 Jumadil Awal 1315 H atau 1895 M.
4.Masjid Caringin
Masjid Caringin menjadi peninggalan muslim Banten pada masa pemerintahan kolonial Belanda di bawah Gubernur Jenderal Herman Hillem Daendels. Sebagian pekerja paksa dalam pembangunan Jalan Anyer-Panarukan memberontak dan melarikan diri mengarah ke selatan, hingga ke Caringin dan menetap di sana.
Hingga saat ini, Masjid Caringin masih dipakai untuk beribadah dan menjadi desnitasi wisata sejarah sekaligus wisata religius di Banten. Masjid Caringin terletak tidak jauh dari desnitasi wisata Pantai Carita. Masjid Caringin terletak di pinggiran Jalan Raya Labuan-Carita, Kampung Caringin, Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang.
Masjid Caringin juga menjadi saksi bisu dahsyatnya letusan Gunung Krakatau. Setelah 10 tahun ditinggalkan, pembangunan kembali masjid juga melibatkan seorang ulama bernama Syekh Asnawi dan penduduk. Secara gotong royong, Masjid Caringin kembali didirikan. Masjid ini kemudian menjadi pusat syiar Islam dan basis perjuangan rakyat Banten melawan penjajahan.
Tidak ada komentar