Teja: Dulu Carita Kampung Bule
Pelaku wisata di Carita, Teja Heriana (paling kiri), Akademisi UNMA Banten, Eko Supriatno dan moderator acara dalam diskusi panel kepariwisataan di Hotel Mutiara Carita, Selasa (11/12/2018). |
KRAKATAURADIO.COM, CARITA - Pelaku wisata yang ada di Kecamatan
Carita, Kabupaten Pandeglang, Teja Heriana mengatakan, dulu kawasan wisata Carita menjadi sebuah ‘kampung’
bagi bule atau wisatawan mancanegara (Wisman). Hal ini karena kawasan wisata
Carita yang banyak dikunjungi Wisman dari berbagai negara.
Bahkan, setiap hari wisman banyak
menginap di hotel dan villa. Dampaknya sektor perekonomian dan usaha perhotelan
yang ada di Carita menjadi berkembang.
Namun hal tersebut kini tidak lagi
ditemukan karena beberapa faktor, diantaranya ketidakhadiran Pemerintah Daerah baik
pihak legislatif dan eksekutif.
“Dulu kita berharap bahwa otonomi
mendekatkan pimpinan dengan masyarakat. Undang-undang otonomi itu semestinya
menjadikan pemerintah dekat dengan masyarakat tapi kenapa sekarang pemerintah
itu justru jauh, jauh dihati jauh dimata. Pada saat seperti ini mereka tidak
datang, apa kepeduliannya,” katanya saat menjadi pembicara dalam diskusi panel
kepariwisataan "Carita Punya Cerita, Doloe, Kini dan Nanti" di Hotel
Mutiara Carita, Selasa (11/12/2018).
Teja menambahkan, dengan ketidakhadiran Bupati dan anggota DPRD dalam
diskusi tersebut, menandakan saat ini Pemerintah Daerah tidak mempunyai
keinginan untuk membangun kawasan Carita. Padahal, tambah dia, Pemerintah
Daerah mempunyai kewajiban untuk hadir dan memberikan keadilan bagi seluruh
masyarakat.
“Mereka yang menentukan karena mereka
yang memiliki mengelola APBD. APBD ini adalah untuk pembangunan masyarakat. Itu
namanya keadilan anggaran. Tapi itu tidak ada di carita,” tambah dia.
Ditempat yang sama, akademisi
UNMA Banten, Eko Supriatno mengatakan, ada dua dosa besar yang dilakukan Bupati
karena tidak hadir dalam diskusi tersebut. Dosa pertama, Bupati mengindahkan
undangan dari media dan wartawan.
“Yang kedua dosa besarnya itu
menghindari sesuatu hal yang urgent, yang penting yaitu carita,” ujarnya.
Mengenai pariwisata, Eko
menyinggung studi banding yang dilakukan Bupati ke Kabupaten Banyuwangi namun
sampai saat ini tidak ada penerapan dari hasil kunjungan tersebut.
“Ini kalau ada Bupati tadinya akan
saya minta contoh dia kan pernah ke Banyuwangi. Bayuwangi itu tidak boleh ada
hotel masyarakat dilatih oleh pemerintah. Pemerintah intervensi melatih bahasa
inggris, kuliner dan sebagainya. Hal-hal kecil, toilet dibikin sayembara
namanya revolusi toilet. Keren, tidak kaya carita, sepi, kitu wae ti baheula. Karena pemerintahnya tidak becus,” katanya. (Mudofar)
Tidak ada komentar