Selamat Ulang Tahun, Radio Budaya!
(Refleksi HUT radio Krakatau ke -27)
Oleh. Eko Supriatno*
"Buat meja pakai paku
Sebelum kerja minum jamu
Happy birthday Radio pujaanku
Semoga kebudayaan selalu ada untukmu"
(Pantun Rakyat)
Membicarakan Radio Krakatau tak ubahnya seperti membicarakan
salah satu instrumen terpenting di Labuan Pandeglang Banten ini. Bagaimana tidak, kendati Radio Krakatau bukanlah radio pertama
di Labuan Pandeglang Banten, namun Radio Krakatau adalah radio terbesar dalam konteks
penggemar di seantero Labuan Pandeglang Banten.
Menarik memang melirik perkembangan Radio Krakatau yang kini
tidak saja eksis di dalam kota, namun juga berkiprah hingga ke ke luar kota.
Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Radio Krakatau yang ke-27,
ada beberapa hal dari Radio Krakatau yang sangat menarik dan patut diapresiasi.
Pertama, satu hal
yang sama dari semua kiprah Radio Etnik di seluruh penjuru Indonesia itu adalah
selalu mengusung nilai budaya dan cinta kebudayaan. Padahal pada era globalisasi saat ini memudahkan masyarakat
untuk mengakses informasi melalui jaringan teknologi dengan cepat dan tanpa
batas.
Budaya-budaya asing yang sebagian besar tidak sejalan dengan budaya
Indonesia yang masih melekat dengan norma-norma agama dan kesopanan. Termasuk
dalam aspek penggunaan bahasa yang sudah mengalami pergeseran nilai-nilai dari
bahasa ibu yang sebenarnya yakni bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kondisi yang memiriskan, sebagian besar masyarakat khususnya
kaula muda kurang memahami penggunaan bahasa daerahnya, apalagi penggunaan
bahasa sunda Banten yang memiliki kekhasan dalam tata bahasa, ucapan, dan
intonasi bahasanya yang sangat berbeda jauh dari bahasa sunda tanah pajajaran
yang terdengar halus, sopan dan intonasi yang mendayu.
Arus Globalisasi harus
diakui, sudah sangat mempengaruhi budaya asli masyarakat Banten baik dari aspek
gaya hidup maupun bahasa. Karena itu dibutuhkan media- media yang memiliki
komitmen kuat untuk membantu melestarikan bahasa daerahnya melalui sajian
program dan kegiatan penyiarannya.
Kehadiran Televisi dan Radio komunitas lokal yang berada di
daerah-daerah, merupakan sebagian dari cara yang dianggap tepat oleh berbagai
kalangan masyarakat untuk kembali mengembangkan dan mengoptimalkan budaya dan
kearifan lokal yang sudah tergeser zaman.
Radio Krakatau adalah Radio yang konsen mengangkat etnik sunda
Banten yang dikenal dengan “para jawara”.
Radio komunitas ini mengudara pada frekuensi 93,7 FM. Dalam
kegiatan penyiarannya Radio Krakatau ini sepenuhnya menggunakan bahasa etnik
sunda Banten terutama yang sehari-hari digunakan oleh masyarakat Labuan yang
memiliki kekhasan dalam bahasa, ucapan, lapal hingga aksennya.
Dari sebuah info, Radio Krakatau merupakan lembaga penyiaran
swasta dan memiliki 14 jaringan disetiap provinsi. Sebagai radio etnik, Radio
Krakatau mencoba memasuki langsung budaya khas etnik dalam setiap program dan
penyampaian siarannya. Karena itu, penyiar yang terlibat dalam setiap program
di Krakatau radio adalah asli orang Banten yang memiliki kemampuan dalam bahasa
serta logat khas etnik Banten.
Radio krakatau satu-satunya radio yang menjangkau wilayah
Labuan Pandeglang Banten, dan sangat kental dengan etnik sunda Banten yang
namun tetap santun dalam tradisi.
Dengan dasar keinginan untuk membangkitkan khasanah budaya
dinegerinya sendiri, Radio Krakatau terus menunjukkan eksistensinya ditengah
masyarakat Labuan, mengingat kondisi masyarakat Labuan sangat membutuhkan
informasi dan pencerahan dalam membangun karakter budayanya.
Ketika penulis meng-explore historis terbentuknya Radio
Krakatau Labuan, ternyata tidak terlepas dari sebuah kondisi yang
memprihatinkan terhadap keadaan budaya dan bahasa yang ada di tengah masyarakat
Labuan yang semakin komplek dan tergerus oleh budaya asing.
Sebagai Lembaga
Penyiaran Swasta, Radio Krakatau memposisikan lembaganya sebagai bagian dari
masyarakat yang memiliki kultur yang kuat dengan bahasa daerahnya yang khas
dibandingkan dengan bahasa sunda yang bersumber dari priangan.
Asumsi penulis, kehadiran Radio Krakatau Labuan saat ini telah
memberikan dampak positif bagi perkembangan dan kelestarian budaya dan bahasa
daerah masyarakat Labuan. Sinyalemen ini terlihat dari hasil evaluasi kinerja
Krakatau Radio Labuan yang menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam
setiap penyajian program acara dan feedback atau umpan balik dari
masyarakat pendengar yang mengikuti dalam setiap mata acara.
Seperti dalam mata acara pemutaran lagu-lagu sunda yang
disiarkan secara langsung dengan cara permintaan lagu, mendapatkan respon
positif dari pendengar. Kecintaan dan keinginan masyarakat Labuan untuk melestarikan
bahasa daerahnya juga terlihat dari bahasa yang digunakan sepenuhnya
menggunakan bahasa sunda Banten yang dikenal memiliki bahasa yang kasar
dibandingkan dengan bahasa sunda yang berasal dari priangan.
Eko Supriatno. |
Kedua, disetiap program Radio Krakatau
selalu menjadikan kepentingan “masyarakat” di atas kepentingan lainnya. Sikap
itu tidak hanya saat ini dijalankan, namun sudah menjadi tujuan Radio Krakatau
sejak ia dilahirkan. Hal itulah yang memungkinkan harmonisasi kehidupan
masyarakat Labuan terbentuk kian indah dan berwarna.
Radio Krakatau sebagai salah satu radio yang punya pengalaman
panjang dapat diharapkan bisa mengambil tindakan yang ’’dianggap perlu’’ untuk
menyelamatkan daerahnya dengan berbagai pendekatan kultural khas Radio Krakatau.
Bahkan, saking istiqamahnya, Radio Krakatau memegang komitmen ini hingga
akhirnya julukan sebagai radio konservatif dan kampung melekat pada
tubuh Radio Krakatau.
Jerih payah Radio Krakatau saat ini tidak sia-sia
dan kita bisa saksikan saat ini Labuan Pandeglang Banten tetap dikenal sebagai
daerah yang kuat dan keukeuh memegang norma dan adat ketimuran.
Di samping peran aktif Radio Krakatau hingga saat ini dalam
mengatasi ’’riak-riak’’ demokrasi, sikap Radio Krakatau juga sangat ditunggu
banyak pihak menjadi media pendidikan demokrasi ataupun pendidikan politik. Komitmen
Radio Krakatau dalam memajukan Banten harus dipertahankan.
Saya berharap
konsistensi Radio Krakatau dalam memajukan masyarakat kecil melalui acara atau
program pendidikan tak pernah berhenti.
Sikap Radio Krakatau pastilah memposisikan bahwa kepentingan
masyarakat di atas segalanya, apalagi tagline abadi Radio Krakatau ini adalah “Ear
Sajagat’’.
Dari berbagai hal yang saya sampaikan ini, tentu itu semua
belum cukup menggambarkan kehebatan Radio Krakatau. Kontribusinya bagi Labuan
Pandeglang Banten Indonesia dan komitmennya untuk terus menjaga Banten tentu
tak semua bisa dijelaskan melalui tulisan ini.
Pesan saya untuk Radio Krakatau:
Ayo, untuk Radio Krakatau teruslah
berproduksi dalam proses penyediaan informasi yang memiliki kedekatan langsung
dengan masyarakat pendengar, libatkan langsung masyarakat pendengar dengan
kegiatan menyapa pendengar secara berkelanjutan, buatlah program acara yang
kreatif dan disesuaikan dengan kultur dan konten lokal yang terjadi ditengah
masyarakat.
Lakukanlah sejumlah event atau kegiatan baik dilakukan secara
siaran langsung atau on air maupun secara tidak langsung atau tunda atau
sering disebut dengan off air. Seperti seni ubrug, calung renteng,
tari saman, rampak begud, dan jaipong.
Akhirnya, di hari ulang tahun ke-27 ini, kita semua berharap
agar Radio Krakatau terus menjadi penyejuk di tengah suasana yang ’’pengap’’.
Radio Krakatau bisa menjadi jembatan bagi semua kepentingan yang bermuara bagi
kemaslahatan masyarakat.
Selamat ulang tahun, Radio Budaya!
*Eko Supriatno adalah penulis, dosen, public speaker dan penggemar biasa Radio
Krakatau.
Tidak ada komentar