Real Count C1 KPU: 2,8 Juta Warga Banten Golput
Ilustrasi partisipasi pemilih (Rimanews.com) |
KRAKATAURADIO.COM, BANTEN - Hasil penghitungan rekapitulasi form C1 KPU untuk Pilgub
Banten telah selesai. Pasangan Wahidin Halim-Andika Hazrumy meraih suara
terbanyak. Suara keduanya unggul tipis dari Rano Karno-Embay Mulya Syarief.
Tak hanya soal perolehan suara yang begitu ketat di antara
keduanya. Angka golput alias tidak memilih di Pilgub Banten 2017 juga termasuk
tinggi. Dari 7.732.869 pemilih, 4.874.668 (63 persen) di antaranya menggunakan
hak pilih. Sedangkan sisanya, yakni 2.858.201 pemilih (49,07 persen), golput. Adapun
jumlah suara yang sah sebesar 4.714.832 dan suara tidak sah 124.409 suara.
Selain itu, angka partisipasi yang paling kecil adalah untuk
pemilih dengan disabilitas. Dari 11.370 pemilih, hanya 2.585 (22.07 persen) diantaranya
menggunakan hak pilih. Sementara sisanya 8.785 pemilih (77.03 persen) golput
alias tidak memilih.
Pengamat politik sekaligus Dekan Fisip UNMA Banten, Said Arian
menuturkan, kecilnya angka partisipasi dikarenakan kurang masifnya sosialisasi
yang dilakukan KPU kepada masyarakat. Selain itu,
karena banyaknya Alat Peraga Kampanye (APK) yang dibiarkan rusak, sehingga
masyarakat menjadi acuh.
“Pertama saya sangat mengkritisi kinerja KPUD, itu yang sederhana
saja didepan mata kita itu baliho yang dipasang itu rusak sebelum habis masa
kampanye. Alasannya angin, hujan, itu kan bukan alasan. Banyak alat peraga yang
rusak sehingga masyarakat tidak banyak tahu. Kemudian sosialisasi tiddak
maksimal, selama ini saya melihat hanya menjalankan seremonial yang sudah ada
di program mereka,” ujar Said, Senin (20/01).
Said melanjutkan, selain itu, faktor berkurangnya tingkat
partisipasi dikarenakan banyaknya Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dikurangi
didaerah yang memiliki area yang luas, sehingga masyarakat enggan menggunakan
hak pilihnya karena jarak yang cukup jauh menuju TPS.
“Kemudian ditambah lagi TPS-TPS yang dikurangin gitu. Jadi
Pilgub sekarang kan satu RW itu satu TPS, meskipun dimungkinkan. Disitu kan
diatur hanya maksimal 800 pemilih oleh satu TPS, tapi kalau geografisnya sangat
luas itu akan membuat warga malas datang ke TPS. Jadi TPS dikurangi itu juga
menjadi persoalan rendahnya partisipasi masyarakat,” imbuh dia. (Mudofar)
Tidak ada komentar