Richard Marx yang Sederhana, Namun Sangat Jenaka
Jakarta -Tak ada yang menyangka bahwa
sebuah konser sederhana bisa berlangsung menarik dan meriah. Tidak pula
mengira bahwa seorang pelantun lagu cinta menyayat hati, ternyata sangat
lucu.
Tapi, itu yang terjadi selama kurang lebih 1,5 jam di konser Richard Marx di Jakarta. Sederhana, intim, namun interaktif dan jenaka.
Dimulai sekitar pukul 20.30 WIB, Richard Marx langsung menaiki panggung Grand Ballroom Kuningan City, Jakarta Selatan, Jumat (18/3/2016) sendirian. Dengan setelan kemeja putih dan rompi hitam, penyanyi Amerika Serikat 52 tahun itu menyapa hangat ratusan penonton yang duduk di depannya dan langsung mengocok gitar.
"Jakarta, good evening. Are you ready?" "Ready!" teriak penonton lantang.
Tanpa bantuan siapapun, Marx menghadirkan lagu dari debut albumnya di tahun 1987, 'Endless Summer Nights'. Penonton bernyanyi bersama, disusul kemudian 'Take This Heart' yang tidak kalah nyaring. Sejak awal memang Marx mengatakan bahwa konsernya di Jakarta hanya akan melibatkan dirinya dan penonton. Tak ada kemeriahan band pengiring dan kilauan lampu warna-warni.
"Selamat malam. Aku senang sekali bisa kembali, terima kasih. Malam ini hanya ada aku dan kalian, tidak ada band dan lain-lain. Hanya aku dan kalian. Itu saja!" ujarnya di atas panggung kecil yang intim.
"Aku juga hanya akan membawakan lagu-lagu yang ingin kalian dengar saja. Tenang, aku juga pergi ke konser jadi aku tahu. Ya, akan ada beberapa lagu baru, tapi lebih banyak lagu yang ingin kalian dengar," sambungnya disambut tawa penonton yang kebanyakan keluarga itu.
"Ngomong-ngomong, ini tur terakhir Asia-ku. I save the best for the last. Aku ingin kalian bernyanyi, berdiri dari kursi. Buka baju pun tak masalah. Tapi bukan para pria," lanjut Marx lagi yang juga disusul tawa riang membahana.
Ada 'Satisfied' juga 'Keep Coming Back'. Baru kemudian Marx pindah ke bangku piano. Lagi-lagi dia berceloteh dan lagi-lagi penonton tertawa.
"Lagu yang satu ini akan sangat menyakitkan. Jika ada dari kalian yg sedang patah hati, maka lebih baik keluar. Lalu kembali lagi setelah lagu ini," celetuknya sebelum memawakan 'Turn Off the Night' dan 'Until I Find You Again' yang membuat 'paduan suara' di depannya berbunyi. Selanjutnya ada 'Save Me' dimana penyanyi 52 tahun itu membawa serta tiga anak laki-lakinya melalui rekaman video. Ini adalah satu-satunya lagu yang dibawakan secara full band, sebelum Marx kembali kepada gitar akustik cokelat menyanyikan hits 'Hazard', 'Hold On To the Nights' serta 'Now and Forever'. Tanpa dikomando, ratusan penonton bernyanyi tanpa berhenti satu bait pun.
Kejenakaan Marx hadir lagi. Kali ini saat dirinya membawakan sepotong lagu milik Bon Jovi, 'Livin' On A Prayer' dan 'Maps' dari Maroon 5.
'Angelia' dan 'Should've Known Better' yang mengalun tanpa menggunakan amplifier dan mikropon. Hanya ada suara penonton yang terdengar cukup merdu. Ditambah lagi dua lagu berjudul 'Dance With My Father' dan 'This Is Pormise You' milik 'N Sync yang merupakan ciptaannya.
"Saat itu tahun 2000, tidak ada yang lebih besar dibanding boyband bernama 'N Sync. Ketika kami berada di studio, ratusan perempuan muda menunggu di depan. Bahkan ketika aku dengan sengaja melewati mereka, mereka sama sekali tidak merespon," kenang Marx miris nan menggelikan.
Momen paling berisik terjadi ketika hits dari album 'Repeat Offender' tahun 1989 berjudul 'Right Here Waiting' dinyanyikan. Dengan serentak, tanpa cacat, penonton membuat Grand Ballroom Kuningan City bergema.
Lucunya, ritual encore tak terjadi. "Aku tidak mau terlihat bodoh dengan keluar, lalu masuk lagi. Jadi, ya aku akan tetap bernyanyi beberapa lagu. Okay!" tuturnya membuat penonton bertepuk tangan senang.
Sebagai sajian terakhir, Marx mempersembahkan 'Don't Mean Nothing' dan hits dari tahun 1961milik Elvis Presley, 'Can't Help Falling In Love'. Setelah 17 lagu, serangkaian lelucon, konser ke-2 Richard Marx itu pun ditutup dengan hangat dan syahdu. (mif/kmb)
Tapi, itu yang terjadi selama kurang lebih 1,5 jam di konser Richard Marx di Jakarta. Sederhana, intim, namun interaktif dan jenaka.
Dimulai sekitar pukul 20.30 WIB, Richard Marx langsung menaiki panggung Grand Ballroom Kuningan City, Jakarta Selatan, Jumat (18/3/2016) sendirian. Dengan setelan kemeja putih dan rompi hitam, penyanyi Amerika Serikat 52 tahun itu menyapa hangat ratusan penonton yang duduk di depannya dan langsung mengocok gitar.
"Jakarta, good evening. Are you ready?" "Ready!" teriak penonton lantang.
Tanpa bantuan siapapun, Marx menghadirkan lagu dari debut albumnya di tahun 1987, 'Endless Summer Nights'. Penonton bernyanyi bersama, disusul kemudian 'Take This Heart' yang tidak kalah nyaring. Sejak awal memang Marx mengatakan bahwa konsernya di Jakarta hanya akan melibatkan dirinya dan penonton. Tak ada kemeriahan band pengiring dan kilauan lampu warna-warni.
"Selamat malam. Aku senang sekali bisa kembali, terima kasih. Malam ini hanya ada aku dan kalian, tidak ada band dan lain-lain. Hanya aku dan kalian. Itu saja!" ujarnya di atas panggung kecil yang intim.
"Aku juga hanya akan membawakan lagu-lagu yang ingin kalian dengar saja. Tenang, aku juga pergi ke konser jadi aku tahu. Ya, akan ada beberapa lagu baru, tapi lebih banyak lagu yang ingin kalian dengar," sambungnya disambut tawa penonton yang kebanyakan keluarga itu.
"Ngomong-ngomong, ini tur terakhir Asia-ku. I save the best for the last. Aku ingin kalian bernyanyi, berdiri dari kursi. Buka baju pun tak masalah. Tapi bukan para pria," lanjut Marx lagi yang juga disusul tawa riang membahana.
Ada 'Satisfied' juga 'Keep Coming Back'. Baru kemudian Marx pindah ke bangku piano. Lagi-lagi dia berceloteh dan lagi-lagi penonton tertawa.
"Lagu yang satu ini akan sangat menyakitkan. Jika ada dari kalian yg sedang patah hati, maka lebih baik keluar. Lalu kembali lagi setelah lagu ini," celetuknya sebelum memawakan 'Turn Off the Night' dan 'Until I Find You Again' yang membuat 'paduan suara' di depannya berbunyi. Selanjutnya ada 'Save Me' dimana penyanyi 52 tahun itu membawa serta tiga anak laki-lakinya melalui rekaman video. Ini adalah satu-satunya lagu yang dibawakan secara full band, sebelum Marx kembali kepada gitar akustik cokelat menyanyikan hits 'Hazard', 'Hold On To the Nights' serta 'Now and Forever'. Tanpa dikomando, ratusan penonton bernyanyi tanpa berhenti satu bait pun.
Kejenakaan Marx hadir lagi. Kali ini saat dirinya membawakan sepotong lagu milik Bon Jovi, 'Livin' On A Prayer' dan 'Maps' dari Maroon 5.
'Angelia' dan 'Should've Known Better' yang mengalun tanpa menggunakan amplifier dan mikropon. Hanya ada suara penonton yang terdengar cukup merdu. Ditambah lagi dua lagu berjudul 'Dance With My Father' dan 'This Is Pormise You' milik 'N Sync yang merupakan ciptaannya.
"Saat itu tahun 2000, tidak ada yang lebih besar dibanding boyband bernama 'N Sync. Ketika kami berada di studio, ratusan perempuan muda menunggu di depan. Bahkan ketika aku dengan sengaja melewati mereka, mereka sama sekali tidak merespon," kenang Marx miris nan menggelikan.
Momen paling berisik terjadi ketika hits dari album 'Repeat Offender' tahun 1989 berjudul 'Right Here Waiting' dinyanyikan. Dengan serentak, tanpa cacat, penonton membuat Grand Ballroom Kuningan City bergema.
Lucunya, ritual encore tak terjadi. "Aku tidak mau terlihat bodoh dengan keluar, lalu masuk lagi. Jadi, ya aku akan tetap bernyanyi beberapa lagu. Okay!" tuturnya membuat penonton bertepuk tangan senang.
Sebagai sajian terakhir, Marx mempersembahkan 'Don't Mean Nothing' dan hits dari tahun 1961milik Elvis Presley, 'Can't Help Falling In Love'. Setelah 17 lagu, serangkaian lelucon, konser ke-2 Richard Marx itu pun ditutup dengan hangat dan syahdu. (mif/kmb)
Tidak ada komentar