Pasca Dihantam Arus Deras, Nelayan Tidak Bisa Melaut
Salah satu kapal nelayan yang rusak di Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang. Foto diambil Kamis (11/02/2016). |
KRAKATAURADIO.COM, LABUAN - Puluhan nelayan yang kapalnya
rusak akibat diterjang arus deras air sungai Cipunten Agung, pada Senin (08/02/2016) malam lalu, membuat
para nelayan yang ada di Desa Teluk, Kecamatan Labuan, kabupaten Pandeglang,
Banten, tidak bisa melaut dan memilih untuk memperbaiki kapal mereka. (Baca: 20 Perahu Nelayan Tenggelam Terbawa Arus)
Berdasarkan pantauan, di Kampung
Kelip, Desa Teluk, para nelayan terlihat tengah memperbaiki kapal mereka. Ada
kapal yang terlihat mengalami kerusakan ringan, namun tak sedikit pula yang mengalami
rusak berat bahkan sampai tenggelam.
Salah satu nelayan, Supriadi
mengatakan, total perahu yang mengalami rusak ringan dan rusak berat sebanyak
17 kapal. Sementara perahu yang tenggelam sebanyak 8 kapal.
“Kalo total itu sekitar 20 lebih
perahu yang rusak. Perahu nelayan itu diantaranya milik Ujen, Slamet, Otang,
Kasjan, Muri, Dasir, Ulu dan Casda. Bahkan kemarin ada nelayan yang sampe
pingsan dan nangis liat kapalnya tenggelam,” ujarnya saat ditemui, Kamis (11/02) siang.
Kapal nelayan yang rusak di Desa Teluk, Kecamatan Labuan. |
Supriadi menerangkan, sebelumnya
belum pernah ada kejadian seperti ini, dimana arus deras biasanya tidak sampai
merusak puluhan kapal nelayan.
Dia memperkirakan, kencangnya arus Cipunten
Agung, lantaran banyaknya pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan, yang
dilakukan di sekitar pasar Labuan. Untuk diketahui, aliran sungai Cipunten
Agung sebagian melewati pasar Labuan.
“Itu faktornya karena bangunan yang
di pasar Labuan itu. Itu (bangunannya) terus masuk kesini, sampai ke TPI sini.
Dulu itu waktu saya kecil ga ada. Faktornya itu, yang merusak itu. Nelayan yang
korban itu, kasian. Dulu waktu saya kecil gak ada bangunan kaya gitu, ada
kesini kenapa nutupin (arus). Dulu gak ada musibah kaya gini, paling ada
musibah di laut, kena ombak gitu,” terang dia.
Sementara nelayan yang perahunya
mengalami kerusakan, Muri mengaku pasrah dengan adanya musibah tersebut. Muri mengatakan,
tidak mempunyai biaya untuk memperbaiki kapal obor miliknya.
“Harga mesin paling murah 6 juta.
Sedangkan kalo memperbaiki kapalnya doang juga biayanya puluhan juta. Ya
sekarang saya pasrah pak. Paling ngambil barang-barang yang bisa diselamatkan
saja,” ujarnya. (Baca: Terkait Perahu Tenggelam, BPBD Akan Koordinasi Dengan DKP)
Muri berharap, agar pemerintah
dapat memberikan bantuan, agar para nelayan dapat melaut kembali. “Ya
mudah-mudahan aja ada bantuan yang turun pak, karena anak isteri saya mau makan
apa kalo saya tidak melaut,” ungkapnya. (Mudofar)
Tidak ada komentar