Tessy Srimulat: Tidak enak pakai narkoba
(ANTARA News) - Pelawak Kabul Basuki alias Tessy Srimulat mengajak
masyarakat untuk menjauhi narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba)
karena tidak ada enaknya, apalagi kalau sampai kecanduan.
"Saya adalah termasuk korban narkoba. Ya, semuanya memang karena lingkungan, namun saya tidak mau salahkan siapa-siapa. Kalau mau menyalahkan, ya diri sendiri," katanya di Semarang, Jumat malam.
Hal tersebut diungkapkan pemilik nama asli Kabul Basuki itu di sela jumpa artis film "Merry Go Ground" (Berputar atau Keluar) dan "True Heart" (Ketulusan Hati) yang mengisahkan tentang pecandu narkoba.
Deretan artis yang tergabung dalam Gerakan Artis Peduli Narkoba (GAPN) hadir dalam kesempatan itu, sekaligus mengawali Musyawarah Wilayah Pembela Kesatuan Tanah Air (Pekat) Indonesia Bersatu Jateng.
Tessy, pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, pada 31 Desember 1947, menceritakan bahwa sebenarnya malu di usianya yang sudah senja malah terjerat dengan narkoba, apalagi barang haram itu sampai menggerogoti harta benda yang sudah susah payah dikumpulkannya selama ini.
"Uang yang saya dapat kemarin dari bekerja semakin menipis digerogoti narkoba. Bukan hanya dari keuangan, keluarga saya juga jadi jauh. Narkoba itu tidak ada enaknya, tidak ada untungnya," ujarnya.
Bahkan, mantan anggota Korps Komando Operasi (KKO) TNI Angkatan Laut (sekarang Korps Marinir) itu mengatakan bahwa narkoba juga bisa merenggut nyawa.
"Makanya, adik-adik jangan coba-coba, karena bisa kena. Yang sudah make cepat dihilangkan. Yang sudah mencandu, segera datangi instansi terkait untuk mendapatkan rehabilitasi," katanya.
Meski sempat tertangkap polisi karena mengonsumsi narkoba, Tessy mengaku bersyukur, karena jika dulu tidak tertangkap kemungkinan masih mengonsumsinya sampai sekarang dan tidak mendapatkan rehabilitasi.
"Namun, saya sampaikan polisi jangan arogan. Pengalaman saya dulu. Mesin mobil saya belum mati, tiba-tiba saya sudah ditodong pistol dan diborgol. Tidak mungkin saya lari, mau lari ke mana?," katanya.
Kepolisian, terutama yang menangani narkotika, menurut dia, semestinya memahami upaya pencegahan, penyelamatan, dan pengamanan, sebab penanganan pemakai narkoba berbeda dengan penanganan teroris.
"Saya bukan teroris, bukan bandar, bukan pula pecandu. Saya hanya korban. Kalau bandar ditembak mati, saya setuju. Namun, kalau pengguna-pengguna ini jangan dong. Harus direhabilitasi," demikian Tessy.
"Saya adalah termasuk korban narkoba. Ya, semuanya memang karena lingkungan, namun saya tidak mau salahkan siapa-siapa. Kalau mau menyalahkan, ya diri sendiri," katanya di Semarang, Jumat malam.
Hal tersebut diungkapkan pemilik nama asli Kabul Basuki itu di sela jumpa artis film "Merry Go Ground" (Berputar atau Keluar) dan "True Heart" (Ketulusan Hati) yang mengisahkan tentang pecandu narkoba.
Deretan artis yang tergabung dalam Gerakan Artis Peduli Narkoba (GAPN) hadir dalam kesempatan itu, sekaligus mengawali Musyawarah Wilayah Pembela Kesatuan Tanah Air (Pekat) Indonesia Bersatu Jateng.
Tessy, pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, pada 31 Desember 1947, menceritakan bahwa sebenarnya malu di usianya yang sudah senja malah terjerat dengan narkoba, apalagi barang haram itu sampai menggerogoti harta benda yang sudah susah payah dikumpulkannya selama ini.
"Uang yang saya dapat kemarin dari bekerja semakin menipis digerogoti narkoba. Bukan hanya dari keuangan, keluarga saya juga jadi jauh. Narkoba itu tidak ada enaknya, tidak ada untungnya," ujarnya.
Bahkan, mantan anggota Korps Komando Operasi (KKO) TNI Angkatan Laut (sekarang Korps Marinir) itu mengatakan bahwa narkoba juga bisa merenggut nyawa.
"Makanya, adik-adik jangan coba-coba, karena bisa kena. Yang sudah make cepat dihilangkan. Yang sudah mencandu, segera datangi instansi terkait untuk mendapatkan rehabilitasi," katanya.
Meski sempat tertangkap polisi karena mengonsumsi narkoba, Tessy mengaku bersyukur, karena jika dulu tidak tertangkap kemungkinan masih mengonsumsinya sampai sekarang dan tidak mendapatkan rehabilitasi.
"Namun, saya sampaikan polisi jangan arogan. Pengalaman saya dulu. Mesin mobil saya belum mati, tiba-tiba saya sudah ditodong pistol dan diborgol. Tidak mungkin saya lari, mau lari ke mana?," katanya.
Kepolisian, terutama yang menangani narkotika, menurut dia, semestinya memahami upaya pencegahan, penyelamatan, dan pengamanan, sebab penanganan pemakai narkoba berbeda dengan penanganan teroris.
"Saya bukan teroris, bukan bandar, bukan pula pecandu. Saya hanya korban. Kalau bandar ditembak mati, saya setuju. Namun, kalau pengguna-pengguna ini jangan dong. Harus direhabilitasi," demikian Tessy.
Tidak ada komentar