Penetapan 1 Syawal, Menag Himbau Warga Bersikap Bijaksana
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin |
KRAKATAURADIO.COM - Menteri Agama,
Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, penetapan 1 Syawal 1436 H berpotensi kembali
berbeda. Namun, Lukman meminta agar perbedaan itu disikapi dengan tindakan
saling menghargai.
"Tentu
sebagai sebuah kemungkinan, kemungkinan ke arah sana terbuka. Walau demikian,
bagaimanapun, kita harus menunggu sidang isbat," ujar Lukman seperti
dikutip kompas.com.
Lukman
mengaku tetap mengharapkan agar semua umat Islam di Indonesia bisa memiliki
kesamaan pandangan dalam memasuki hari raya Idul Fitri. Namun, kalaupun ada
perbedaan, Lukman meminta agar perbedaan itu disikapi dengan arif.
"Kita
harus menyikapi dengan arif dan bijaksana karena tentu perbedaan masing-masing
memiliki landasan penjelasan masing-masing," kata politisi Partai
Persatuan Pembangunan itu.
Untuk
menjaga keharmonisan dalam perbedaan itu, Lukman mengaku terus menjalin
komunikasi dengan semua organisasi masyarakat hingga para ulama.
"Bagaimana kita menyamakan cara pandang kita," imbuh dia.
Penetapan
Lebaran atau hari raya Idul Fitri 2015 berpotensi berbeda antara organisasi
kemasyarakatan Islam yang satu dan yang lain ataupun dengan pemerintah. Hal itu
disebabkan oleh perbedaan dalam penetapan tanggal 1 Syawal 1436 H yang
merupakan hari raya Idul Fitri setelah berakhirnya bulan Ramadhan.
Sekretaris
Lajnah Falakiyah PBNU Nahari Muslih mengatakan, posisi hilal atau bulan sabit pada tanggal 29 Ramadhan saat
diadakan rukyatulhilal (pengamatan terhadap bulan sabit muda) tahun ini sangat
tipis sehingga kemungkinan tidak berhasil dilihat.
"Posisi
hilal sangat tipis, hanya tiga derajat. Oleh karena itu, ada potensi berbeda.
Sangat susah melakukan rukyatulhilal pada posisi seperti itu. Sementara itu,
yang berpatokan pada hisab (hitungan) menetapkan standar berbeda-beda, seperti
Muhammadiyah dan Persis," ujar Nahari Muslih seperti dikutip Antara.
Muhammadiyah
telah memutuskan bahwa tanggal 1 Syawal 1436 H jatuh pada hari Jumat
(17/7/2015). Dengan demikian, menurut Muhammadiyah, bulan Ramadhan tahun
ini hanya 29 hari. Sementara itu, NU, seperti biasanya, mendasarkan penetapan 1
Syawal pada rukyatulhilal. Meski hitungan 1 Syawal 1436 H di dalam penanggalan
NU jatuh pada 17 Juli, tanggal itu tidak serta-merta ditetapkan sebagai hari
raya Idul Fitri.
Tidak
tertutup kemungkinan, NU menggenapkan Ramadhan menjadi 30 hari jika tim rukyat
yang disebar di sejumlah daerah tidak berhasil melihat hilal.
Kementerian Agama sendiri akan
mengadakan sidang isbat dengan mengundang tokoh-tokoh para ulama, pimpinan
ormas Islam, dan pakar astronomi. Sidang isbat itu diadakan pada 29 Ramadhan.
(Mudofar/berbagai sumber)
Tidak ada komentar