30 Ribuan Lebih Sarjana di Banten Nganggur
Kepala Disnakertrans Banten, Hudaya Latuconsina |
KRAKATAURADIO.COM, BANTEN - Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten, Hudaya Latuconsina mengungkapkan,
dari penelusuran catatan Dinas Tenaga Kerja di Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten, selama periode
bulan Januari hingga bulan April 2015, tercatat kurang lebih 30 ribuan lulusan
S1 atau sarjana belum mendapatkan pekerjaan alias menganggur.
“Angka 30 ribuan ini kemungkinan
bertambah. Hal ini terlihat dari mereka yang datang ke Disnaker Kabupaten dan Kota
di Banten. Tercatat sementara sampai tanggal 20 April, ada angka kelompok
pendidikan tinggi ini mencapai 30 ribuan yang datang mencatatkan diri sebagai
pencari kerja ke Disnaker,” ucapnya saat dihubungi Krakatau Radio, Senin
(27/04/2015).
Menurutnya, faktor besarnya
sarjana yang belum bekerja, dikarenakan para sarjana tersebut bergantung kepada
kesempatan dibukanya lowongan-lowongan kerja, baik oleh perusahaan swasta
maupun dari pemerintah.
“Faktor banyaknya sarjana yang
menganggur ini, dikarenakan bergantung kepada memperoleh kesempatan pekerjaan
yang disediakan dilapangan pekerjaan formal, namun mereka jarang mencari
pekerjaan sendiri, sehingga banyak yang menganggur,” jelasnya.
Hudaya menambahkan, pengangguran
yang terbesar di Provinsi Banten, tersebar merata di Kabupaten dan Kota. Namun,
ia melanjutkan, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan
Kabupaten Serang termasuk kedalam angka pengangguran terbesar, baik itu pengangguran
tingkat SMA atau sederajat maupun pengangguran di tingkat sarjana.
“Kabupaten Pandeglang besar juga kalo
dilihat dari persentase jumlah penduduk. Tetapi tidak lebih besar dibandingkan
dengan Kab Tangerang, Kota Tangerang dan Kabupaten Serang. Itu yang paling
menonjol,” tambahnya.
Hudaya menilai, minimnya antusias
masyarakat terkait adanya job fair atau bursa kerja yang diselenggarakan
Disnakertrans Banten, dalam 4 bulan sekali, kurang disambut baik masyarakat,
khususnya para pencari kerja. Padahal, menurutnya, jika mereka mampu
memanfaatkan moment tersebut, akan mampu menekan angka pengangguran terbuka.
“Ini problem memang, mungkin juga
karena sosialisasi, tapi saya kira kami telah mencoba melakukan sosialisasi
lebih maksimal. Seperti pengalaman bulan November 2014 lalu, lowongan kerja itu
sampai 59 ribu, tetapi yang menyampaikan lamaran itu hanya 10.136 orang. Jadi sayang
banget lowongan kerja yang sudah tersedia tetapi tidak terisi,” ungkapnya. (Mudofar/937)
Tidak ada komentar